Kamis, 02 Desember 2010

Penggunaan BBM bersubsidi Mobil Plat Hitam

Menanggapi rencana larangan mobil plat hitam membeli BBM bersubsidi, berikut merupakan pertanyaan dan pendapat nakal dari saya:

Apakah salah jika kita sebagai warga negara indonesia yang bayar pajak rutin mulai dari PBB, PKB, PPN dan PPH mendapatkan BBM lebih murah dengan membeli BBM bersubsidi? secara pemerintah belum mampu menyediakan transportasi yang nyaman dan aman?

Apakah ada ketentuan yang mengkhususkan BBM bersubsidi hanya untuk golongan tertentu di republik ini? Kalaupun ada berarti negara ini sudah mulai menerapkan kasta2. kasta masyarakat kaya, menengah dan miskin.

Bagi saya pribadi solusi dengan meminta mobil plat hitam membeli pertamax adalah bukan solusi yang bijak karena beberapa hal:

1. Akan berdampak pada kenaikan harga-harga dan penurunan daya beli. dengan meminta mobil pat hitam beralih ke pertamax maka mobil pengangkut sayur di pasar, mobil pedagang sembako dll. tentu hal ini praktis akan menaikkan harga kebutuhan pokok karena pedagang tersebut pasti membebankan ke konsumen.

2. Diskriminasi lokasi jawa (jakarta) dan luar jawa. jika sempat coba cek harga pertamax di web site pertamina. praktis harga termurah pertamax lokasinya adalah DKI jakarta. sementara ada beberapa lokasi yang harga pertamaxnya sangat mahal contoh manado & minahasa harga pertamax mencapai Rp9.400,00. sangat kasihan mereka jika harus beralih dari premium yang Rp4.500 ke pertamax yang harganya lebih dari 2 kali lipatnya.

3. Kesulitan dalam memonitor penyalahgunaan BBM. misal dengan mencurangi beli BBM bersubsidi di pom bensin dengan plat merah.

Mungkin solusi yang bisa ditempuh adalah dengan menaikkan pajak mobil pribadi mewah atau mobil2 diatas 1500 cc (yang paling boros BBM maka paling banyak bayar pajak) atau mengkategorikan jenis mobil mewah dan non mewah. kenaikan pajak jangan tanggung2 cuman 10% atau 15% tapi ambil lebih besar misal 1500% dari pajak sekarang karena asumsinya memakan BBM jauh lebih besar dari mobil tipe lebih kecil. conroh untuk mobil seharga Rp200.000.000,00 maka dikenakan pajak sebesar Rp20.000.000,00 per tahun. kompensasi sebesar itu karena potensi penggunaan BBM premium juga besar.


Bagi saya semua WNI baik itu kaya, menengah dan miskin layak mendapatkan BBM bersubsidi karena mereka sudah membayar pajak sesuai prosi masing2 (contoh: Si kaya yang memiliki mobil mewah dan boros telah membayar PKB paling mahal),

Demikian sekedar berpendapat. mohon maaf jika kurang berkenan

Salam,

Selasa, 07 September 2010

Selamat Idul Fitri 1431 H

Suasana Perjalanan KRL Serpong-Tanah Abang Menjelang Lebaran

Kondisi pagi ini akan saya gambarkan suasana KRL jalur Serpong menuju Tanah Abang. Suasana di dalam dan di luar kereta terasa lebih lengan, jalan raya di samping kereta terpantau cukup lancar(Tol Bintaro Ulujami, Tanah Kusir, Kebayoran dan Jl Tentara Pelajar Palmerah) yang disamping rel kereta juga terpantau tidak padat, mungkin karena sudah mulai memasuki masa cuti. Namun begitu memasuki stasiun Tanah Abang dan turun dari KRL anda akan menjumpai antrian yang cukup padat di tangga naik menuju ke pintu keluar dan di depan loket. Tangga dipenuhi dengan para pemudik yang menenteng bawaan dan akan turun ke peron sementara di depan loket dipenuhi dengan orang antri tiket mudik. Memasuki stasiun tanah abang jaga barang bawaannya mengingat suasana cukup berdesak-desakan sehingga rawan pencopetan maupun jatuh dan terinjak-injak.

Kamis, 02 September 2010

Mudik Jakarta - Solo Tahun 2010 (Cerita Pengalaman Mudik 2010)


Tidak terasa sebentar lagi bulan Ramadhan akan berakhir, kebiasaan di Indonesia selalui diikuti dengan mobilisasi massa dari kota ke daerah yang biasa dinamakan mudik untuk menyambut datangnya lebaran (Idul Fitri). Sehubungan dengan lebaran tahun 2010 ini ijinkan saya berbagi pengalaman mudik yang baru saja saya lakukan bersama keluarga.

Kali ini saya memilih untuk mudik jauh-jauh hari sebelum hari H tepatnya H-13. Rute yang saya pilih kali adalah lewat jalan pantura yang sangat tersohor sebagai rute langganan para pemudik . berbekal 1 unit xenia Li (1000 cc), semangat mudik yang menggebu, sejumlah peta pulau jawa dan info hasil browsing tentang kondisi pantura terbaru serta navigator yang bertugas membaca tanda-tanda arah jalan dan mengingatkan saya kalau lagi ngantuk.

Perjalanan kami mulai pada jumat malam tanggal 27 Agustus 2010. Setelah mempersiapkan bekal secukupnya kami berangkat tepat pada jam 21.32 WIB. Dari tempat tinggal kami di daerah Ciputat masuk pintu tol Pondok Ranji dari Bintaro sektor 9 dilanjutkan tol lingkar luar Jakarta (JORR) berlanjut ke Tol Cikunir-Cikampek. Suasana tol malam ini sangat lancar mengingat waktu midik yang kami pilih bukan masa-masa puncak mudik, Saya bahkan sempat beberapa kali memacu si Xinyo (mobil kami) hingga kecepatan 100 Km/Jam. Kondisi jalan sepanjang tol mulus dengan beberapa guncangan kecil, saingan kami malam ini truk-truk bermuatan sarat beban yang memang masih bebas berkeliaran hingga H-10. Yang perlu diperhatikan pada ruas tol Cikunir-Cikampek sekitar KM 62 s.d. 64 masih terdapat proyek perbaikan jalan berupa pengaspalan di lajur sebelah kiri. Perbaikan ini tentunya akan menjadi salah saru penyebab kemacetan pada puncak musim mudik bila belum selesai hingga H-10.
Keluar dari Tol Cikampek, sekitar pukul 23.30 WIB (kami sempat menghabiskan waktu hingga 45 menit di rest area KM 19 tol Cikunir-Cikampek) kondisi jalan masih lengang. Xinyo saya pacu stabil di kecepatan 80 Km/Jam. Truk sarat muatan masih menjadi saingan pengguna jalan kali ini, namun kendaraan satu ini cukup membantu untuk memastikan kami masih berada di rute Pantura yang benar mengingat minimnya pengetahuan kami tentang jalur ini, maklum ini mudik pertama kali saya menggunakan sarana mobil. Kami hanya beberapa kali berpapasan dengan bus AKAP malam seperti PO Dewi Sri. Sempat juga disalib oleh PO Luragung yang kabarnya memiliki reputasi sebagai Sumber Kencononya rute utara- barat. Aspal jalan yang bergelombang membuat perjalanan kami lumayan penuh turbulensi namun secara keseluruhan kondisi jalan dari cikampek menuju loh bener cukup baik (kami tidak menemui lubang-lubang yang membahayakan). Karena kondisi tubuh yang mulai tidak mendukung dan serangan kantuk hebat, saya memilih beristirahat di salah satu SPBU di daerah Lohbener sekalian makan sahur. Setelah beristirahat selama kurang lebih 1 jam kami meneruskan perjalanan pada pukul 03.18 pagi. Kami memilih rute Loh bener ke arah kanan dengan memilih tanda yang menunjukkan arah ke Cirebon agar dapat masuk ke tol Palimanan-Kanci-Pejagan. Sempat terjadi insiden kecil karena navigator salah membaca peta sehingga kami sempat mengambil arah kekiri karena melihat tanda ke arah Arjawinangun. Akhirnya kami putar balik dan akhirnya sampai juga di gerbang tol Plumbon yang mengawali rute Palimanan-Kanci-Pejagan. Kondisi jalan dari Lohbener menuju Palimanan lumayan baik hanya penerangan yang sangat kurang karena saat itu sedang terjadi pemadaman listrik yang tampaknya terjadi di seluruh daerah Cirebon. Di ruas tol Palimanan-Kanci kami memutuskan untuk berhenti di salah satu rest area untuk sholat subuh dan mengisi BBM. Kondisi rest area yang dibangun oleh PT Jasa Marga terlihat memprihatinkan. Toilet gratis yang tersedia cukup banyak terlihat tidak terawat, kotor, bau dan beberapa pintunya tidak dapat ditutup dan kran yang macet. Kami juga sempat kecele karena ternyata SPBU yang plangnya terlihat megah ternyata belum beroperasi. Setelah pintu tol Kanci akhirnya kami masuk ke ruas tol Kanci-Pejagan yang baru diresmikan oleh Presiden SBY pada bulan Februari tahun ini. Menuju gerbang tol kami disambut tulisan “Bakrie Tol Road” dengan huruf super besar dan menyala terang kontras dengan kegelapan tol kala itu. Kabarnya tol ini bertarif paling mahal dari seluruh tol yang ada di Pulau Jawa dan kami buktikan sendiri dengan merogoh kocek hingga Rp 21.500 untuk dapat menikmati layanan tol ini. Tol ini ternyata tidak dikelola oleh PT Jasa Marga, di struk tertulis PT Semesta Marga Raya. Kondisi jalan tol sangat sepi namun jalan yang kami lewati sangat penuh guncangan karena aspal yang tidak rata disana sini (kondisi yang tidak sebanding dengan mahalnya harga yang harus dibayar). Yang perlu diperhatikan di ruas tol ini, harus selalu berhati-hati apabila memacu kendaraan lebih dari 80 Km/Jam mengingat masih belum sempurnanya kondisi tol ini terlihat dari aspalnya yang tidak rata dan ruas jalan untuk keluar tol yang belum dioperasikan kami harus mencermati tanda-tanda arah dengan baik agar dapat keluar di rute yang tepat.

Keluar dari tol Kanci-Pejagan kami mengambil arah kanan ke Pejagan untuk kembali ke ruas jalan raya Pantura. Disinilah perjuangan Pantura yang sesungguhnya dimulai. Karena hari yang mulai pagi kami harus berbagi jalan tidak lagi hanya dengan truk kelebihan beban dan sesama kendaraan pribadi tetapi juga dengan penghuni lokal area Pantura seperti pengendara sepeda motor, becak, angkutan umum, sepeda kayuh ditambah pasar yang mulai buka. Kondisi jalan sepanjang Brebes-Tegal-Pemalang-Pekalongan penuh dengan tambalan aspal disana sini. Sementara di alas roban yang berada di daerah Batang hingga kendal kondisi jalan cukup baik. Sempat kebingungan mencari pintu tol Semarang-Ungaran hingga harus bertanya pada GPS organik interaktif alias pengendara motor yang berhenti di samping mobil kami. Keluar dari tol Semarang kami disambut kemacetan yang lumayan menyita waktu dan kesabaran. Ternyata lampu trafic light padam dan tidak ada polisi yang mengatur arus lalin. Saya perhatikan polisi lalin justru sibuk menilang pengendara motor. Dari Ungaran-Bawen-Boyolali-hingga Solo kami memilih rute jalan dalam kota sehingga perjalanan agak tersendat terutama di daerah Salatiga yang jalannya lumayan sempit, ditambah beberapa kali saya harus istirahat karena kaki yang mulai kram. Akhirnya setelah menempuh perjalanan sejauh +/-600 Km kami tiba di Solo sekitar pukul 13.30 WIB. Total 16 jam waktu tempuh yang kami habiskan dalam kondisi jalan yang masih sangat lancar dibandingkan dengan kondisi nantinya di masa-masa mudik H-7.

Total biaya yang kami habiskan untuk perjalanan ini:
Rp 180.000 untuk BBM jenis premium, perbandingan konsumsi BBM dan jarak tempuh 1:14 (lumayan irit).
Total biaya tol Rp 61500 dengan rincian: Tol Pondok Ranji (Rp 2000), Tol JORR dari gerbang tol Veteran (Rp 7000), Tol Cikunir-Cikampek (Rp 14500), Tol Plumbon 3 (Rp 4500), Tol Kanci (Rp 4000), Bakrie Tol Road (Rp 21500), Tol Manyaran Semarang (Rp 4000), Tol Tembalang (Rp 4000).

Akhirnya untuk melengkapi tulisan ini mungkin beberapa tips yang perlu dilakukan yaitu:
1.Cek kondisi kendaraan sebelum mobil ke bengkel. Lebih aman untuk cek kondisi secara menyeluruh mulai Ban, Mesin, Mengganti seluruh cairan yang ada di mobil sampai setting kopling, gas dan rem.
2.Istirahat yang cukup,
3.Persiapkan bekal untuk mudik mulai dari obat-obatan, makanan dan minuman, tikar dan perlengkapan makanan dan minuman untuk istirahat di perjalanan, kunci dan obeng, senter untuk penerangan.
4.Sesaat sebelum berangkat kembali cek kondisi mobil dengan melihat apakah ada cairan yang netes. Jangan lupa berdoa.
5.Saat di perjalanan usahakan mengemudi dengan santai (jangan terlalu ngebut dan mengejar target jam tertentu harus sampai di suatu tempat).
6.Jangan terlalu memaksakan diri dalam menyetir mobil, apabila ngantuk langsung mencari lokasi aman untuk istirahat sejenak. Lokasi yang relative bisa digunakan untuk istirahat antara lain rest area, POM Bensin atau Pos Polisi yang tersebar disepanjang perjalanan.
7.Istirahat yang cukup minimal 30 menit dapat memulihkan kebugaran tubuh.
8.Periksa kembali kondisi kendaraan dan barang-barang sesaat sebelum meninggalkan istirahat.

Untuk para calon mudikers lainnya situs web yang lumayan bermanfaat untuk mudik kali ini antara lain:
-http://www.tmcmetro.com untuk melihat informasi jalan seputaran Jakarta.
-http://jasamargalive.com/ untuk melihat cctv jalur tol di Jawa.
-http://www.jasamarga.com/informasi-lalu-lintas.html untuk informasi lalulintas seputar jalan tol.

Jumat, 11 Juni 2010

Trip To Pantai Sundak

Beberapa minggu lalu saya dan istri jalan-jalan menggunakan motor ke pantai Sundak. Pantai Sundak terletak di selatan Jogjakarta satu deret dengan pantai Baron, Samas. Konon kata Sundak muncul karena di daerah ini banyak di dapati Asu (Anjing) dan Landak. Namun saat pergi ke sana kami hanya menemukan anjing-anjing berkeliaran.
Perjalanan ke pantai Sundak dari Jogjakarta menempuh waktu 1 Jam, secara jarak tidak begitu jauh mungkin hanya 15Km, namun jalanan yang akan dilewati cukup menantang. Perjalanan akan disuguhi dengan tanjakan, kelokan dan hijaunya hutan. Kita akan melewati kota wonosari. terminologi kata wonosari artinya "wono" hutan dan "sari". Dari suku katanya saja sudah jelas jika kota tersebut dikelilingi oleh hutan. Hutan yang kami lewati dinamakan hutan bunder.

Selain pemandangan hutan, kita juga akan menikmati indahnya perbukitan kapur gunung kidul. Kebetulan saat kami berkunjung sedang musim hujan sehingga bukit kapur yang saat kemarau gersang banyak ditumbuhi tumbuhan hijau.

Gambar Di Sepanjang Perjalanan






Setelah satu jam kami menempuh perjalanan akhirnya kami sampai pada tujuan, Pantai Sundak. Dan tak salah lagi pemandangannya sangat indak. Jika pernah mengunjungi parangtritis kondisinya sedikit berbeda di Pantai Sundak. Disini anda akan disuguhi dengan hamparan batu-batu karang di sisi kanan dan kiri pantai, selain itu ada hamparan rumput laut dan ikan-ikan kecil di dalamnya.

Ada yang kurang dengan pantai ini rasanya, yaitu promosi keberadaan pantai ini. Kita akan sering mengenal pantai parangtritis, pantai baron dll namun tidak dengan pantai sundak. Kondisi ini juga dicerminkan dengan keberadaan pengunjung yang sepi serta minimnya pedagang yang berjualan, praktis yang berjualan hanya penduduk sekitar yang membuka warung itupun jika tidak salah hitung hanya 2 warung yang kelihatan. Menu warungnya pun sangat terbatas hanya menyediakan mie rebus atau goring plus the botol. Saya membayangkan bagaimana jika menu seafood tersaji di warung-warung itu, pasti sangat bagus buat promosi pariwisata.

Gambar Pemandangan Pantai






Setelah puas menikmati pantai, kami berniat solat ashar, kebetulan di pantai itu ada mushola yang cukup besar. Namun sayang kondisinya sepi seerti kondisi pantainya. Entah mushola ini sering digunakan atau tidak, namun masih terlihat baru dan bersih. Syukur disana ada sajadah batik yang sepertinya disumbangkan untuk musafir yang hendak sholat di mushola itu. Terimakasih kami ucapkan untuk pihak yang bermurah hati ini.

Selesai sholat kami beranjak kembali ke Jogjakarta, seperti saat datang, kami juga melewati hamparan bukit, kelokan, tanjakan dan hutan. Setelah melewati Kota Wonosari kami melewati sebuah kelokan yang orang-orang menamakan “Hargodumilah” atau “Bukit Bintang”. Sesuai namanya yang cukup keren, tempat ini juga menyajikan pemandangan yang sangat menawan. Keistimewaan tempat ini, pengunjung bisa menikmati pemandangan kota jogja yang terhampar di depan. Selain pemandangan kota waktu sore, pengunjung dapat menikmati pemandangan sun set yang menawan di arah horizon sebelah barat. Untuk menikmatinya anda bisa gratis atau bisa menonton sambil makan di warung-warung pinggir jalan. Konon saat tahun baru lokasi ini adalah lokasi favorit untuk menikmati pesta kembang api di seputaran Jogjakarta.

Gambar Hargodumilah




Demikian sekilas sensasi pemandangan alam yang kami nikmati sepanjang Jogja – Wonosari – Pantai Sundak. Apakah anda berminat? Pastikan anda tidak melewatkan objek wisata pantai sundak.

Senin, 22 Maret 2010

Rasa Kemanusiaan Dampak Perubahan Jadwal KRL

RASA KEMANUSIAAN DAMPAK PERUBAHAN JADWAL KRL
Jalur Serpong – Tanah Abang


Bagi Roker serpong - sudimara - Pondokranji dan Tanah Abang, cobalah mengamati kondisi KRL jalur serpong – tanah abang (PP) mulai dari pagi di stasiun sudimara dan pondok ranji serta sore hari dari tanah abang dan palmerah. Kondisi saat ini makin lama makin tidak manusiawi. Penumpang berjejal-jejal baik di kelas KRL ekonomi, ekonomi AC maupun express AC. Penumpang yang semula membayar lebih dengan naik express AC maupun AC Ekonomi yang berharap pelayanan lebih ternyata harus merasakan pelayanan yang sama di hapir semua kelas (sama-sama berjubel dan panas karena AC menjadi tidak terasa akibat padatnya penumpang). Sudah jamak rasanya mendengar penumpang-penumpang yang mengeluh karena makin hari semakin tidak nyaman. Bahkan tidak jarang ibu-ibu hamil yang seharusnya diberikan kenyamanan di KRL Ekspress harus berjuang untuk berdesak-desakan untuk mendapatkan ruang berdiri di KRL ekspress.

Saya menduga perubahan ini karena dampak perubahan jadwal KRL pada tanggal 1 Maret 2010. Hal ini karena jadwal yang semula 10 - 20 menit KRL tersedia dirubah menjadi 20-30 menit sekali dan berlaku untuk semua pilihan. Jadi ketika ada orang ketinggalan kereta di pagi hari maka perubahan jadwal diatas memaksa orang itu harus naik KRL (apapun kelasnya) 20 menit berikutnya.

Berikut gambaran dari sisi keberangkatan Stasiun Sudimara Pukul 06.30:

Alternatif perjalanan sebelum perubahan jadwal:
Jika melihat jadwal sebelumnya, ketika ada orang ketinggalan naik satu KRL (misalnya) express AC jam 06.30 maka dia akan naik kereta rangkas jam 06.35, kalau misalkan lolos bisa naik depok ekspress jam 06.40, masih lolos lagi bisa naik rangkas yang kedua 06.50, masih lolos lagi bisa naik express kota jam 07.15, masih lolos lagi naik ciujung jam 07.30.

Alternatif perjalanan setelah perubahan jadwal:
Bandingkan dengan kondisi saat ini, kalau orang ketinggalan naik KRL express jam 06.30 orang baru bisa naik depok ekspress jam 06.50, kalau ketinggalan orang dipaksa naik rangkas jam 07.00 atau kalau tidak terpaksa harus menunggu express kota pukul 07.20, kalau ketinggalan lagi maka naik ekonomi AC Ciujung pukul 07.40.
Dilihat dari jadwal diatas (pengalaman pribadi) maka sebelum perubahan jadwal, orang akan memiliki opsi apakah akan menaiki kereta express selanjutnya atau menaiki kereta ekonomi rangkasbitung karena harus tergesa-gesa. Hal ini karena interval waktu ketersediaan Kereta di pagi hari sebelum perubahan jadwal yang dekat (tidak lebih dari 15 menit).

Nah, kalau setelah perubahan jadwal ternyata secara tak disengaja calon penumpang akan dipaksa memilih kereta selanjutnya (ketika ketinggalan kereta) apapun kelasnya baik rangkas bitung atau express jika tidak calon penumpang tersebut harus bersiap menerima konsekwensinya menunggu 20 – 30 menit dengan resiko terlambat ngantor.


Apakah perubahan jadwal ini ditujukan untuk memaksimalkan dan pemerataan daya angkut KRL saat ini? rasanya jika tujuannya adalah itu, kurang bijak jika PT KAI mengorbankan kenyamanan dan aspek kemanusiaan dari moda transportasi yang namanya “KRL”. Sebaiknya tetap tersedia opsi memilih apakah calon penumpang akan naik ekonomi sampai dengan kelas express dengan membayar lebih untuk faktor kenyamanan dan keamanan tetap diakomodir oleh PT. KAI. Perlu digarisbawahi bahwa jika memang PT KA tidak bisa membedakan pelayanan antara KRL Ekspress, Ekonomi AC dan Ekonomi panas maka lebih baik harganya disamaratakan. Seharusnya orang membayar lebih untuk pelayanan yang lebih. Dan perlu perhatikan rasakemansiaan bagi penumpang haruslah tetap diprioritaskan.

Minggu, 28 Februari 2010

Resiko Jika Tidak Segera Keluar Dari Peron Stasiun.

Pagi ini ada mengalami kejadian menarik di pintu keluar stasiun tanah abang.

Kebetulan baru turun dari KRL Depok ekspress dan sedang antri keluar. Seperti hari biasa petugas di atas meminta kembali tiket-tiket penumpang yang akan keluar stasiun. Tibalah seorang Ibu-ibu mengeluarkan tiket yang ternyata tiket ekonomi. Si petugas memanggil si Ibu dan menanyakan dengan mimik muka curiga, kok tiketnya ekonomi? (karena memang saat itu hampir semua menyerahkan tiket ekspress). Si Ibu pun menjawab “setelah turun dari ekonomi penumpang rangksas bitung langsung ke kamar kecil jadi tidak keluar bersamaaan dengan rombongan penumpang kereta penumpang rangkasbitung”. Mungkin si petugas bertanya hal ini karena kenapa si Ibu keluar dengan tiket ekonomi, jangan-jangan si Ibu naik KRL ekspress dengan tiket ekonomi.

Kisah ini menarik karena seolah-olah jika ada penumpang turun dari kereta maka si penumpang harus segera keluar dari peron bersama-sama dengan rombongannya. Jika tidak segera keluar maka akan beresiko untuk diinterogasi si petugas. Yang paling beresiko adalah penumpang kereta ekonomi karena ketika keluar dari peron dengan rombongan penumpang KRL ekspress akan sangat terlihat? Dan bisa-bisa dituduh penumpang gelap. Waduhh…

Apakah mekanisme ini dipersiapkan untuk pemberlakuan e-tikceting? Kalau memang iya, mungkin ada baiknya pintu pemeriksaan berada mendekati lokasi naik turun penumpang (misal 5 meter dari batas naik turun penumpang) dan harus selalu steril dari penumpang untuk mencegah penumpang dengan tiket berbeda dengan kelas yang akan dinaiki.

Demikian sekedar berpendapat.

About Me

Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Blog Ini Adalah Blog Yang Berisi Coretan Bebas Seorang Warga Yang Awam Akan Dunia Maya Sebuah blog untuk mencurahkan pikiran-pikirannnya. entah itu pikiran bermanfaat ataupun ide-ide konyol yang muncul secara tiba-tiba.