Euforia kampanye dan kecenderungan iklan di media saat ini memunculkan sesuatu fenomena yang menguatkan judul di atas, Saat ini masyarakat sudah terdidik secara materi dan menjadi konsumtif. Bukti pernyataan ini antara lain:
Bukti I
Sudah menjadi rahasia umum lagi warga hanya mau diajak jika ada pembagian uang bensin, HP, kaos atau hanya sekedar makanan. Hal ini berlaku pula di demonstrasi jalanan yang melibatkan warga. Jarang kita lihat bahwa orasi kampanye atau orator demo di simak dan dengarkan secara seksama oleh pesertanya. Hal ini sungguh berbeda dengan dahulu saat saya masih kecil, saya justru sering mendengarkan orang-orang mendatangi kumpulan-kumpulan karena karisma atau materi si orator.
Bukti II
Iklan di media (terutama media TV) saat ini hanya menampilkan tawaran produk konsumsi, jarang sekali kita melihat iklan yang menampilkan produk investasi. Hal ini perparah pula dengan tawaran iklan-iklan kartu kredit yang notabene nya menambah kemampuan konsumsi suatu individu tanpa menambah produktifitas individu tersebut. Peningkatan konsumsi saya rasa bisa berimplikasi baik jika untuk memenuhi peningkatan ini disertai dengan peningkatan produktifitas. Semoga saja yang terjadi adalah yang demikian, jika tidak maka masyarakat kita akan cenderung besar pasak daripada tiang.
Bukti III
Penilaian kedudukan seseorang di masyarakat sangat erat kaitannya dengan penampilan seseorang di dalam komunitasnya. Tidak jarang untuk membuat peningkatan status maka seseorang cenderung untuk memperbaiki penampilannya missal dengan baju-baju bermerk, hp, mobil dan barang-barang tersier lainnya. Contoh kasus dulu ketika HP masih menjadi barang lux agar dianggap “wah” di beberapa orang tak segan memamerkan HP nya pada orang2 lain.. Selanjutnya kalau saat ini sepertinya orang cenderung membeli mobil (walau masih belum perlu) dengan cara ambil kredit dengan bunga yang mencekik leher.
Bukti IV
Masyarakat saat ini cenderung mementingkan dirinya sendiri. Hal ini bisa dilihat dalam pemberitaan akhir-akhir ini ketika terdapat sebuah antrian hamper sering diwarnai dengan insiden desak-desakan yang berujung ricuh dan maut. Karena lebih mementingkan “Aku” saat ini orang mengabaikan keslamatan orang lain, pertanyaan mendasar adalah dimanakah rasa kebersamaan yang melekat pada pribadi kita saat ini?
Bukti I
Sudah menjadi rahasia umum lagi warga hanya mau diajak jika ada pembagian uang bensin, HP, kaos atau hanya sekedar makanan. Hal ini berlaku pula di demonstrasi jalanan yang melibatkan warga. Jarang kita lihat bahwa orasi kampanye atau orator demo di simak dan dengarkan secara seksama oleh pesertanya. Hal ini sungguh berbeda dengan dahulu saat saya masih kecil, saya justru sering mendengarkan orang-orang mendatangi kumpulan-kumpulan karena karisma atau materi si orator.
Bukti II
Iklan di media (terutama media TV) saat ini hanya menampilkan tawaran produk konsumsi, jarang sekali kita melihat iklan yang menampilkan produk investasi. Hal ini perparah pula dengan tawaran iklan-iklan kartu kredit yang notabene nya menambah kemampuan konsumsi suatu individu tanpa menambah produktifitas individu tersebut. Peningkatan konsumsi saya rasa bisa berimplikasi baik jika untuk memenuhi peningkatan ini disertai dengan peningkatan produktifitas. Semoga saja yang terjadi adalah yang demikian, jika tidak maka masyarakat kita akan cenderung besar pasak daripada tiang.
Bukti III
Penilaian kedudukan seseorang di masyarakat sangat erat kaitannya dengan penampilan seseorang di dalam komunitasnya. Tidak jarang untuk membuat peningkatan status maka seseorang cenderung untuk memperbaiki penampilannya missal dengan baju-baju bermerk, hp, mobil dan barang-barang tersier lainnya. Contoh kasus dulu ketika HP masih menjadi barang lux agar dianggap “wah” di beberapa orang tak segan memamerkan HP nya pada orang2 lain.. Selanjutnya kalau saat ini sepertinya orang cenderung membeli mobil (walau masih belum perlu) dengan cara ambil kredit dengan bunga yang mencekik leher.
Bukti IV
Masyarakat saat ini cenderung mementingkan dirinya sendiri. Hal ini bisa dilihat dalam pemberitaan akhir-akhir ini ketika terdapat sebuah antrian hamper sering diwarnai dengan insiden desak-desakan yang berujung ricuh dan maut. Karena lebih mementingkan “Aku” saat ini orang mengabaikan keslamatan orang lain, pertanyaan mendasar adalah dimanakah rasa kebersamaan yang melekat pada pribadi kita saat ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar